Sabtu, 18 Juni 2011

Melawat Senja

Aku datang lagi
Melawat senja
Di pantai Rupat
Merapah jelujur ratap
Yang merapunkan
Paras melatimu

Ada ritus-ritus cinta
Melapukkan jeruji pawana
Mengemban aksara redup
Yang melekat di teluk belangaku

Hai perawan desa…?
Jangan tafsirkan airmatamu
Pada burung serindit
Yang berduka
Sebab tukat kayu bakau
Akan merapuh di dadamu

Kuranggah langit tawang
Menuju tongkang
Melayar segara
Untuk tualang kita!
Meski kau telah menjelaga
Dan berlumut dalam anganku

Bengkalis,Juni 2011

Senin, 02 Mei 2011

Separuh Hatimu

Oleh : Pujiono Slamet[Sujud Arismana]

kumeradu separuh hatimu
yang terbata-bata
merapal denyar waktu
yang tersembunyi
di rahim malam

mendambamu sayang…?
seakan belajar
meracik perihku

rangkaian bunga mawarmu
telah gugur
di layukan sang mentari

aku segera
mengundurkan diri
dari dunia asmaramu
yag kerap mencemarkan
ketulusan cintaku

Pekanbaru, April 2011

Selembar Angin

kuutus malam agar menyapih
renik-renik wajahmu
yang menyamar bayang kelu

memungut sisa cinta
yang tercecer
di kuntum kasihmu
yang layu

kugiring selembar angin
untuk mengusir segala rindu
yang sembab

dan menata jilid-jilid hati
yang usang di traktat lukaku

Pekanbaru, Mei 2011

Memoar Cinta

kusadur catatan rumput kering yang terbaring di padang pasir menetak keningmu yang mengejang di sudut sepi
nafasmu seresah syair api menggeretak-geretak seperti bara hati yang melepuhku di lingkar mentari
hanya kemesraanmu menyisakan bintik-bintik lara yang menjangkiti hati
memupuslah memoar cinta yang kugarap dari tangis, darah, dan pengorbananku

Pekanbaru, Mei 2011

Di ufuk Jingga

pasir putih berbisik mendongengkan sepenggal cintamu yang tertunda di ufuk jingga
angin masih setia menyita keheninganku yang meripuh
seberapa pantaskah waktu ? merahasiakanmu di antara rindu-rindu biru yang belum terlunasi
kasih... senyum melatimu tertata rapi bersama ombak dan buih-buih yang mericuh di pantai Raja
titik bening airmataku terkadang menjabarkan manik luka yang melecahkan segundah kenangan tentangmu

Pekanbaru, Mei 2011

Minggu, 23 Januari 2011

Hujan Basah


Oleh : Pujiono Slamet { Sujud Arismana }

dibawah hujan basah
aku berlindung
mengurai sajak duka
yang terlalu ranum
kureguk

kupinang ombak
dan lautnya
agar tak mengusap lisan
yang terpatri dikarang
dan batu

seperti wajah telagamu
yang terlalu keruh
kujaga.
sebab jua pudar
di jemariku yang patah
mengorek-ngorek senja
diruang musim
yang tertutup bisu

kutaruhkan
nafas-nafas kumal
yang mengais
cahaya purnama
bersama lumpur jingga
yang terlalu resah
kukecup harapannya.

Pekanbaru, Januari 2011

Hilang


Oleh : Pujiono Slamet { Sujud Arismana }

Pernah kuhafalkan
Selayar malam
Yang merangkum
Pijakan tak terarah tentang-Mu
Menerbitkan sepasang bulan
Yang mendendangkan
Reranting rapuh
Di lembar pesakitanku

Ada guruh mengenyam
Pilahan musahabah-Mu
Bersiulan membawa gelombang
Duka yang bersolek
Di kafan hitam

Haruskah aku acuhkan
Asap yang mengarah
Ke kiblat-Mu
Sedangkan kalendar
Malaikat hilang
Tertelan mimpi angkuhku

Serapuhkah aku!
Meregang getar fsih
Yang tak terkunyah
Di ruang putih-Mu

Tanah Melayu Riau, Januari 2011

Tafakur Biruku


Oleh : Pujiono Slamet { Sujud Arismana }

kukecup rajutan tangis
yang tercecer
di hamparan sajadahku
menterjemahkan doa
yang terlalu usang
melintasi kebisuanku

aku hendak memunguti
serpihan waktu
yang kerap berlarian
di quantum cahaya-Mu
melampiaskan kegalauan
yang terlalu rumit
kufasihkan

biarkan kuberkelana
menyusuri
benih-benih malam
mengulang subuh
yang terlalu letih
kujelmakan
pada tafakur biruku

kuselimutkan
suhuf-suhuf airmata
yang menghadirkan
retakan embun
di gigir pantai

dan merayapi
barak hatiku
yang terlalu ringkih
kusematkan dalam
asma-Mu yang suci…

Pekanbaru, Januari 20011

Tarian Sang Bulan


Oleh : Pujiono Slamet { Sujud Arismana }

malam ini...!
kucoba meniriskan
secawan sepi
yang tumpah
di labirin mimpiku

menjamahi rindu-rindu syahdu
pada aroma wewangian surga
yang terbang dicuri angin

kukulum perihku
dalam tarian sang bulan
meniupkan seruling serunaiku
yang melantunkan
syair kemarau
yang berkuntas
di lecah sukmaku

kurendam detak angin
dalam wajah dini hari
menyelipkan butiran cahaya
yang meyisakan bintik-bintik tawa
pada camar renta
yang membagi duka

hendak kukenakan
lencana jiwa yang mencalit
sebongkah duka
di talqin piluku
memberanguskan sayatan raga
yang makin merenta
di bumi persada-Mu

Luka Kata

aku adalah musafir
yang menapaki
sepenggal malam
pada sebaris waktu
yang meruap
di larik darahku

sempat kutebarkan ngilu
yang menggugurkan
seputik hati
membilas cabaran doa
di pahatan airmata

kuracik luka kata
yang memamah
catatan kusam
jejak duka
mengendapkan nyeri
yang teramat pekat
di tubir hariku

Pintu Tahajud-Mu

Masih kubaca setetes embun
Di ujung malam
Mendedah airmata
Yang berlakaran
Dalam sekotah doa

Ya Robb…
Ijinkan aku memetik
Kuntum kasih
Di pintu tahajudmu
Meresapi bulir dzikir
Yang meripih
Di antara bilah hatiku

Kuingin bersujud
Di kakimu
Mempersembahkan cinta
Untukmu
Dan menemuimu setiap waktu
Mendambakan kehangatan
Cahaya sucimu…

Tarian Sang Bulan, Luka Kata dan Pintu Tahajud-Mu,
Pernah di muat di majalah Sabili 20 Januari 2011

Kamis, 06 Januari 2011

Bingkisan Airmata

Oleh : Cah Mbloro [PUJIONO SLAMET]

kurendam malam lenguh
di pucuk rembulan
mentadaruskan jejak awan
yang telah runtuh
membasahi rerumputan

menelikung sepi
dikelopak ringkihku
berkabung di negeri
cahaya yang melahirkan
sebilah rindu

sketsa kota tuamu
telah menghilang
tersesap gelap
minus bahagiaku
menghabiskan separuh
ragakau

kunang-kunang hitam
murung ditepian danau
lembar-lembar daun
megusiknya
menjadikan peluruh jiwa
yang tak berijab

kau bingkiskan airmatamu
yang pernah kusadap
dari pohon waktuku
yang mulai tua
dan melapuk

Blora, Januari 2011