Sabtu, 11 Desember 2010

Novel "Musafir Cinta Sang Pujangga"

Oleh : PUJIONO SLAMET



Sore itu kota Blora begitu dingin, menusuk tulang karena seharian diguyur hujan yang tak kunjung reda. Meskipun begitu tak ada satu orang yang berani untuk keluar dari rumahnya. Tapi jono masih saja duduk didepan rumahnya. Ia menikmati sebuah kesedihan yang terlalu rumit ia pecahkan dalam harapan dan cintanya yang kandas.

Masih ia pegang buku Bumi Manusia karangan Pramoedya Ananta Toer yang ia dapatkan dari toko buku lawas dekat persimpangan.Ada sebuah harapan ia impikan untuk menjadi penulis seperti Pram, ya penulis yang membuat jono bersemnagat untuk meraih cita-citanya, Jono berharap suatu hari ia menjadi penulis dan ada yang mengenalnya melalui sebuah kreativitas sastra.

Sore mejemput malam kemudian jono segera menuju masjid dekat rumahnya untuk melaksanakan sholat magrib.Suara anak-anak riuh ketika mereka sedang berebut wudzu. Beberapa saat iqomah terdengar,menandakan untuk segera sholat.

Pagi itu jono memanjat di sebuah pohon jati yang agak besar, ia duduk di rantingnya sambil menulis sebuah puisi. Suasana yang sejuk itu membuat jono sangat serius merangkai kata demi kata untuk menciptakan sebuah karyanya.Lama ia dipohon sampai lupa mengambil kayu bakar untuk ibunya. Ibunya datang menghampirinya dengan muka agak kecut.

"Jono sedang apa kamu di pohon,mana kayu-kayu buat masak ibu, turun cepat.
Kemudian jono turun agak takut,dengan menyembunyikan selembar kertas dan pena agar tak ketahuan ibunya

"Apa yang kamu simpan dibalik punggungmu,coba ibu lihat
Ibunya segera mengambil selembar kertas dan pena itu, lalu ibu menarik tangan jono untuk segera pulang.Sesampai di rumah jono duduk di kursi rotan.

"ibu tak habis pikir,mengapa kamu membuat ibu marah, apa yang kamu tulis. Buat apa menjadi penyair, kerjaan apa itu. Ibu tak suka.Apa gara-gara tak dapat pekerjaan pegawai negri, kamu sperti itu.Kemudian Ibunya masuk kedalam kamar membuka lemari yang berisi tulisan yang bertumpuk-tumpuk berisi cerpen maupun ratusan puisi.Ibunya segera menyulut dengan korek api.Jono pun ingin menyelamatkan naskah-naskahnya tapi api itu telah membakar seluruhnya.Jono hanya bisa mentap dengan kesedihan.
Lalu ibunya terduduk menangis.

"Maafkan ibu nak, ibu malu melihat kamu seperti itu, melihat teman-temanmu jadi orang sedangkan kamu hanya tulis dan tulis yang tak ada manfaatnya.Ibu malu nak.

"Sudahlah Bu, aku janji tak akan menulis lagi.Terus Jono memeluk ibunya.


Bersanbung....

Novel "Cahaya di Balik Langit

Oleh : PUJIONO SLAMET



Angin berhembus tenang di kota bertuah ini,ketika cahaya purnama tak lagi memancarkan keindahanya.Namun disebuah diskotik yang begitu mewah itu Revina masih terlelap tak sadarkan diri dari sebuah mimpi yang begitu hitam dan kelam dalam sebuah kamar yang sebelumnya ia tak pernah masuk.

Revina membuka matanya perlahan, sekujur tubuhnya lemah tak berdaya.

"Mengapa aku berada dikamar ini dan mengapa pula mataku letih untuk memandang sesuatu. Apa yang telah terjadi padaku?

Revina terkejut melihat sekujur tubuhya tanpa mengenakan sehelai pakaian satupun. Di bawah selimut putih dengan bercak-bercak darah yang tercecer, Ia menangis sejadi-jadinya meremas-remas selimut putih melampiaskan segala kekesalannya. Kelangkangnya terasa perih dan nyeri. Keperawanannya telah direnggut Arto,karena terkhir ia bersama Arto, matanya terasa mengantuk berat tak bisa tertahankan ketika Arto memberikan segelas bir kepadanya

Ia keluar dari kamar untuk mencari Arto, ketika diskotik telah sepi dari pengunjung.

"Mana Arto...mana Arto," Ia berteriak kepada semua orang yang berda di tempat itu sambil membenahi bajunya.

"Apa yang terjadi Revina?"tanya pemilik diskotik.

"Kalian sekongkol menjebakku ya?

Revina mengobark-abrik seluruh tempat itu. berhenti di sudut diskotik dengan tangisan yang menyayat hati dan menyandarkan punggungnya lalu jatuh terduduk. Ia penyanyi diskotik yang dibayar untuk menyanyi tapi setiap leleki ingin mendekatinya.Ia telah kebobolan tidak bisa menjaga keperawanannya. Harapan Revina hancur lebur tak berbentuk lagi.Ia berdiri tertatih-tatih keluar dari diskotik dan tak seorang pun peduli dengannya hanya mmemandang tanpa ada seucap kata yang terlontar di mulut meraka.Revina berteriak Sambil menyebut nama Arto dengan kerasnya.Ada rasa benci yang mengendap di jiwanya. Lelaki yang diangapnya baik selama ini telah menjebaknya dan menghancurkan barang satu-satunya yang berharga bagi wanita yaitu kesucian diri sebelum kejenjang kepernikahan.

Pagi harinya Ia pergi ke kontarakkan Arto tapi kata teman-temannya satu kosnya, tak tahu kemana perginya arto, karena semua barang-barangnya tidak ada di kamarnya. Lalu ia pergi di persimpangan tempat biasa Arto nongkrong, tapi kata teman arto telah pergi tak tahu kemana.Ia meneteskan airmata.Apa kehidupannya harus dengan penyesalan seperti ini tanpa harapan.

Ia tak berani membangunkan ayahnya yang sedang tertidur pulas di sebuah galar yang merupakan tempat tidur yang terbuat dari bambu ori. Ia takut mengusik ketenangan Ayahnya. Ia ingin memberi tahu bahwa ia telah diperkosa saat menyanyi di diskotik.

"Ah..aku mengkwatirkan keadaanya Ayah.Niat untuk tidak membangunkan ayahnya tidak di gubrisnya.

"Ayah...Ayah...bangun,"sambil mengguncangkan kaki ayahnya.
Ayahnya perlahan bangun dari tidurnya membenahi sarung kumal yang sudah lecah tanpa mampu membeli baru karena ia ayahnya bekerja sebagai pemulung kaleng minuman yang hanya cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya.

"Ada apa Revina, suara ayahnya terengah-engah sambil terbatuk-batuk.
Revina langsung memeluk Ayahya yang mengalami sakit parah itu.

"Apa yang terjadi padamu Revina? katakan pada Ayah.
Revina mengusap airmatanya yang terlanjur jatuh membasahi pipinya yang mulus.

"Siapa yang sudah berani menyakitimu Revina," sambil berdiri meyangklongkan sarungnya di pundak kanan karena sebelumnya sudah digulung meyerupai hula-hula.

"aku...diperkosa yah..!

"Biadab...katakan sama ayah. siapa yang tega-tega memperkosamu nak.

"Arto...Tapi dia pergi entah kemana.

"Anak kiayi itu..

Mengapa cobaan terus menimpa kita, ini tidak adil...Tangisan ayahnya yang telah tua itu semakin menyedihkan.

"Sudah Ayah...Revina terima semua ini dengan iklas.

Sudah sembulan kandungannya, tapi ia tetap mengais keleng-kaleng bekas di taman rekreasi meski penjaga melarangnya. Siapa lagi kalau tidak dia karena Ayahnya telah meninggal enam bulan yang lalu.Ia seorang diri dirumah yang banyak menyimpan kenangan itu.Ia mengorek-ngorek nasi kotak disebuah pembuangan sampah yang masih tersisa, meski hanya separuh nasi dan separuh paha ayam yang beberapa helai melekat si di tulang,Ia makan dengan lahapnya sangat cepat sambil memgang perutnya yang mulai membesar,ia tak memperdulikan kandungan yang sebenatnya layak di beri asupan makan ber gizi dan pemeriksaan tiap bulannya.Ia pegang perutnya terasa sakit,

"Nak jangan lahir disini,nanti saja kalu sampai dirumah,"sambil menahan rasa sakit.

Temapt sampah itu memang jauh dari kermaian tapi revina sudah tak kuat lagi. Ia langsung duduk di bawah pohon aksia, menyandarkan punggungnya dengan muka yang pucat dan merintih minta tolong.Salah satu wanita yang membuang samph makanan tadi langsung mendekati.

"Ibu mau melahirkan, ayo saya bawa ke rumah sakit.

"Saya tak mau melahirkan di rumah sakit, saya mau lahir dirumah.

"Tapi bu,ini sangat darurat sekali.ini sangat membahayakan ibu dan bayi ibu.

"baiklah saya akan ambil alat-alat saya.

Ternyata dia seoarang bidan yang lagi liburan.Beberapa saat kemudian biadanitu membawa alat untuk keperluan mekahirkan.

"terus bu, tarik nafas.

"dengan susah payah revina mengikuti kata-kata bidan itu.
Terdengarlah suara tangisan bayi yang membaut revina dan lega'

"Anak Ibu kembar,cantik-cantik bu

"Revina meneteskan air mata kebahagiaan karena anaknya telah lahir, tapi sisi lain kebencian itu masih tertera di hatinya untuk Arto.



* * *
17 tahun kemudian

"Kak Rana, bagus ya kunang-kunang itu!
"Ya DIk Rina, mereka kayak kita, terus bersama kemanapun mereka pergi.
"Aku ingin kita kayak kunang-kunang itu.
"Maksudmu dik Rina apa?
"kita ingin seperti kunang-kunang itu penuh warna dan tidak meredupkan warnanya.
aku takut jika kunang-kunag itu meredup akan gelap malam-malam berikutnya.

"Sedang apa kalian,mari bantu ibu tata kaleng-keleng dan gelas mneral ini"
"Ya bu.."suara rina dan rana serentak"
Lalu mereka berdua menghampiri ibunya.Krena biaya seolah mereka hasil dari memulung ibunya yang sering megambil di jalanan, terminal,pembuangan sampah,pasar, pertokoaan,sekolah kampus dan pemakaman.
"Ibu kok tidak cari pekerjaan yang lebih baik dari pemulung,"suara rana pelan.
"Kamu harus hargai semua pekerjaan,pemulung kan halal.
"Tapi Bu...teman-teman sekolahku menghina aku.
"kamu malu ya punya ibu pemulung yang mengorek-mengorek sampah seperti tdk terhormat.
Mata ibunya mulai berkac-kaca kemudian jatuhlah butiran bening itu, lalu diusap oleh Rina.
"Sudahlah bu, aku terima kok yang ibu lakukan demi kita sampai bisa melamjutkan sekolah ke SMA.
"Kenapa kita nggak punya Ayah bu,
"kamu jangan ungkit itu lagi Rana, kata ibu kan sudah meninggal akibat sakit.
Ketika rana berbira mengenai suaminya, sepertinya Revina menyimpan sebuah kepedihan yang mrnggap cowok yang membuat hidupnya hancur.
Nalam mulai beranjak rina dan rana pom berangkat di sebuah surau yang kurang lebih seratus meter jarak dari rumah mereka untuk sholat magrib, biasanya mereka tak langsung pulang dan megajari anak-anak maupun remaja untuk mengajar ngaji. Setiap jamah magrib hanya segelimtir di imami mbah narjan dan mbah trimo.Memang sangat ironis sekali surau yang dibangun salah satu orang yang dermawan tapi sedikit mengisi surau yang di bangun itu.

* * *

Arto mulai bersiap-siap memasuki mobil Avansa warna silvernya. Sopirnya membukakan pintunya dengan hati-hati.Maklum malam nanti jam delapan malam ada acara pengajian akbar yang akan di adakan di klaten.Dan yang mengisi adalah Arto al bugori.Seorang ulama yang disegani dan mengisi ceramah dimana-mana. Karena ketika arto berceramah terasa tenang dan bisa memperbaiki aklak yang dulunya buruk bisa berubah. Begitu dicintainay sosok ulama yang sangat berwibawa. Ceramahnya enak didengar dan tidak membosankan. membawa pencerahan yang luar biasa bagi para pemuda dan seluruh masyarakat sesampainya tiba di klaten arto disambut dengan meriah.Pembawa acara memulai memanggil arto.Dalam ceramah agamanya arto berbicara tentang menjauhkan dari miras.Setelah pukul dua belas malam ceramah telah usai.KEmablilah kerumah merebahkan tubuhnya.
"Abi, bagaimana ceramah di kklaten, Sambil meijit kaki arto ketika istri duduk dismping suaminya yang berbaring.
Begitu setianya istrinya yang merupakan anak kiya yang ia nikahi tujuh belas tahun ketia ia belajar di pondok pesatren .Suatu hari arto mendengar suara arfiah yang begitu nyaring ketika membaca ayat-ayat suci al-quran. Tumbuhlah rasa cintanya dan mereka berduah menikah dikarunia dua nak perempuan arsa dan tirham.
"Bi..tadi ada simbah romo megundang abi rusuh ke pondok pesanter.
Abaikalah Umi, besok abi akan mengantarkan sopir kita.
paginya simbah romo mengatakan bahwa ia sudah tua. Ingin memasrahkan pondok pesantren kepada arto.
"Kaulah yang pantas menjadi pondok pesantren ini.
"kalau itu amanat saya akan terima dengan iklas.
kemidian arto memeluk simbah romo.Mengumumkan kepada santri dan seluruh kiayi-kiayi yang ada di pesantren.
"dengan terengah-engah romo memulai berbicar.
"atas kesepakatan bersama maka kami akan mengamanatkan pimpinan ini kepada Arto al buqori.mereka menyambutnya dengan senang hati.
"syyukur bi..jika pimpinan pondok di pasrahkan kepada abi.Tapi itu amanat yang berat abi harus bisa menjaga amanat ini.
"Insayaalah abi akan menjalankan amanat ini dengan baik Umi.Dengan berjalannya waktu psntren itu berkembang menjadi pesat. Banyak yang belajar agama. dan alumni-alumninya bisa bekerja di instasi-instasi pemerintah maupaun jadi ustad dan ustadjah.Dan arto pun mulai sibuk mengisi penagjian ke daerah=daerah.

* * *
Revina melihat acara pengajian yang di bimbing arto.Dengan semangatnya ia meneteskan airmata.
"Kau berubah arto,menjadi mubalig tenar. Rasa ini masih sakit teriris ulahmu.
Kebancian Revina surut ia tak mau begitu menyimpan benci.Jika mengingat peristiwa tujuhbelas tahun lalu, spertinya aku ingin membunuhmmu tapi revina dan arana masih memerlukanmu suatu kelak.
Rana dan ranipun menyelsaikan smanya , ia ingin kepondok mendalami agama.
"kalau itu menjadi niatmu ibu mengijinkanmu.Kemana kamu akan mendalami agamau.Di pondok psantren Al- Huda.
Besok bang udin akn mengantarkanmu, baiklah bu.Biarlah Adikmu bersama ibu. Ia akan kursus sesui keahlianya di dunia bisnis.Mengurusi bisnis ibu.


Bersambung...